Luwu, Gerbongnews.com- Bencana alam yang tiap tahunnya melanda Kabupaten Luwu adalah konsekuensi logis dari kerusakan lingkungan hidup, yaitu berkurangnya tutupan hutan lalu semakin diperparah oleh adanya aktivitas pertambangan PT. Masmindo Dwi Area.
Belum lagi tidak adanya mitigasi bencana Pemda dan Pemprov Sulsel yang secara substansial mengarah ke penyelesaian akar persoalan.
Menurut Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulsel yang dikutip dari laman detik.com, penyebab terjadinya bencana banjir bandang dan longsor di Kabupaten Luwu ini dikarenakan tutupan hutan di Gunung Latimojong yang menurun signifikan. Jelasnya, 07 Mei 2024
Selain itu, termasuk pula dipicu masifnya aktifitas tambang emas di wilayah pegunungan tersebut. Bahkan menurut Walhi, 70% pembukaan lahan dikarenakan aktivitas tambang emas, sementara 30% pembukaan lahan untuk perkebunan masyarakat sekitar.
Sejatinya baik disadari atau tidak, kehadiran tambang di wilayah pegunungan Latimojong ini memang akan menghasilkan banyak masalah, yakni kerusakan lingkungan, konflik agraria dan bencana ekologis seperti yang terjadi saat ini.
Dalam proses perjalanannya, PT MDA belum sedikit pun menjabarkan secara terperinci perihal alur siklus penambangannya.
Padahal dalam Ilmu Pertambangan, ada lima siklus penambangan (Exploration, Discovery, Development, Production, Reclamation).
Dari semua siklus ini, tak satupun dari siklus diatas yang secara transparan dipaparkan oleh PT. MDA pada publik dengan dalih masih dalam tahap eksplorasi, padahal perusahaan ini sudah lebih dari 40 tahun di Kabupaten Luwu.
Kuat dugaan PT. MDA melakukan pembodohan secara terstruktur, sistematis dan masif.
Logika sederhananya, tidak mungkin perusahaan yang telah puluh tahun tersebut melakukan eksplorasi jikalau tak ada hasil.
Karenanya kami juga mendesak Pemprov Sulsel mesti tegas dan segera melakukan evaluasi kembali perihal IUP (Izin Usaha Pertambangan) PT. MDA.
Oleh RAYNALD TRI A Kabid Lingkungan Hidup PP IPMIL Luwu.
